[Ficlet] Rain & Us

|| Title : Rain & Us ||  Scriptwriter : dhiloo98 ||

|| Main Cast :  [GOT7] Kim Yugyeom, [15&] Baek Yerin || Genre : Romance, Hurt/Comfort, Fluff!Slight ||

|| Duration : Ficlet || Rating : PG [for a ㅡnot actuallyㅡkiss] ||

||  Soundsoul :  [15&] Rain & Cry ||

Summary :

If you tell me now

If you love me now

Then the rain would stop

.

Barangkali mencerap figur Baek Yerin yang tengah bermenung merupakan inovasi dari keterbatasan kegiatan yang bisa Yugyeom lakukan dalam menit terakhir. Pemuda dengan tubuh jangkung itu memutar note di tangannya, sibuk mengolah ulang pikiran yang sempat carut lantaran efek dari seorang gadis di hadapan.

“Sampai kapan kamu akan seperti ini?”

“Tidak tahu.”

“Yerinㅡ”

“Sampai kamu berhenti membuat ceracam, mungkin?”

Yerin tiada berkeinginan untuk mengalihkan pandang pada si pemuda. Gadis itu mengetukkan ujung jemari pada meja yang kursinya ia duduki. Tempat kursus mereka sudah ditinggalkan peserta lain, barangkali memang mengijinkan Yerin menghabiskan beberapa waktu bersama Yugyeomㅡberdua.

“Aku memang sudah berhenti, Yerin. Aku memilih diam, memerhatikan kamu yang agaknya belum ingin memulai cakap denganku. Kamu yang sepertinya masih memendam resah atas berita tiba-tiba itu.”

Yerin mengembus napas lelah. Gadis itu melirik Yugyeom dengan ujung mata, “Ralat, lebih tepatnya adalah berita yang tidak seharusnya datang.”

Ada kecamuk batin yang terempas ketika Yerin berkata demikian. Tempurung kepala Yugyeom disesaki banyak sekali impuls, sementara Yerin masih saja bermain dengan gundah di rongga dada. Raut wajahnya muram, sama seperti ekspresi yang ia keluarkan pada saat mendengar berita itu.

“Siapa pun yang merancang kepergian ini, kupastikan ia akan menyesal.”

“Yerin,”

“Kamu punya alergi terhadap udara tropis, Yugyeom! Kamu kerap kali mengurung diri di dalam rumah atau berkegiatan dalam lingkup indoor, sekadar mencegah ruam merah memenuhi wajahmu itu.”

“Ya, tapi ini inovasi. Kenapa tidak kucobaㅡsebutkan satu saja alasan, Yerin.”

“Buntu.”

“Apa?”

“Buntu. Nyatanya kepergian yang dirancang tergesa itu membuat pikiran dan perasaanku buntu. Kamu tahu aku mulai merasakan candu akanmu, kamu memahami bahwa aku mulai bergantung pada eksistensimu yang nyatanya kini selalu aku butuhkan, Yugyeom. Kamu hanya tidak mampu bertindak lebih,” jawab Yerin, sembari menatap Yugyeom tepat di manik. Gadis itu menunjukkan betapa gamangnya ia.

Tidak ada lagi yang memulai percakapan. Keheningan yang tidak disengaja itu dibentur suara hujan di luar jendela, yang mana airnya membuat arus turun di muka kaca.

“Maafkan aku,” Yugyeom memulai. “Aku hanya ingin kamu mengetahui sesuatu yang berada di luar batas pribadimu, bahwa akuㅡbahkan sudah merasakan itu semua sebelum kamu memulai.”

Pemuda itu mengambil tasnya, menyampirkan asal di bahu sementara Yerin masih saja berkubang sesak. Gadis itu berceratuk, agaknya menahan tangis yang hendak pecah.

“Kamu seharusnya memelukku, mengatakan semua akan baik-baik saja. Kamu semestinya berada di sini, menatapku tepat di mata dan meyakinkan hati ini bahwa penantian yang akan aku mulai tak akan sia-sia di hari nanti, Kim Yugyeom. Namun, nyatanya kamu tidakㅡ”

Semua kata itu diredam. Yerin membulatkan mata, nyaris tersedak ketika menyadari sapuan hangat Yugyeom padanya. Napas pemuda itu satu-satu, berada tepat di hadapan wajahnyaㅡmembentur satu sama lain.

“Aku seharusnya meninggalkan kecup, memberitahumu bahwa sesungguhnya bukanlah kata yang harus banyak ditukar, melainkan rasa yang selama ini selalu tertahan untuk sekadar memunculkan diri di antara kita, Baek Yerin.” Yugyeom berkomentar, menambah jarak dari si gadis yang masih dirundung kejut. Pemuda itu mengumbar seringai, terlihat seperti lelucon sehingga Baek Yerin mengeluarkan satu saja tetes air mata.

“Kamu tahu aku selalu begitu, Yerin. Kamu hanyaㅡkita hanya tidak punya banyak waktu untuk mengakui betapa rasa yang disebut cinta itu merayapi rongga dada dan pikiran, mengambil alih semuanya. Dengan itu, aku hanya ingin kamu menunggu, maka aku akan kembali. Sebenarnya memang akan kembali tanpa kamu minta, sih,” Yugyeom tertawa, jenaka. “Thanks for the kiss, anyway.”

“Its just a kiss, I didn’t even kisses you back, Kim Yugyeom!”

Yugyeom membagi senyum lebarnya, menunjukkan pada seorang Baek Yerin bahwa semuanya memang akan terus baik-baik saja.

“Then try to kisses me back. Next time, maybe?”

Fin.